Jika ada nama desa yang benar-benar asli Blambangan dan tidak mengalami perubahan ejaan maupun tulisan, salah satu yang patut disebut terlebih dahulu adalah Benculuk.
Hal ini karena semua catatan, baik catatan Lokal, catatan Belanda, catatan Bali, bahkan cerita lisanpun sejak dulu hingga sekarang sudah menyebutnya Benculuk.
Walaupun dalam pengucapannya kadang dibaca menjadi Bencolok, tetapi penulisanya tetap Benculuk.
Legenda Benculuk (Mataram Sentris)
Dalam cerita rakyat disebutkan bahwa, desa ini disebut Benculuk berawal dari kisah Mataram Menaklukkan Balambangan.
Pemimpin pasukan Mataram adalah Pangeran Mas Jolang (1601-1613) dan Juru Martani (lahir: ? – wafat: 1615). Sementara Balambangan dalam cerita itu disebutkan dipimpin oleh Prabu Siung Laut dan patihnya Jatasura.
Diceritakan untuk melawan pasukan Mataram maka sang raja Blambangan memerintahkan kepada Patih Jatasura dan Adipati Asembagus, Hario Bendung.
Dalam pertempuran itu, Mas Jolang bersama Ki Juru Martani melarikan diri ke arah selatan sambil berteriak-teriak dan memanggil-manggil (bahasa Jawa: celuk-celuk).
Setelah mengalami othak-athik gatuk, tempat Ki Juru Martani berteriak-teriak memanggil Mas Jolang tersebut kemudian dinamakan Desa Benculuk yang berasal dari kata celuk-celuk.
Kesalahan Legenda Asal-usul Benculuk
Jika kita buka buku-buku pembanding sejarah baik Babad Tanah Djawi maupun buku-buku karya De Graaf, maka akan kita temukan data bahwa Mas Jolang (raja ke 2 Mataram yang berkuasa tahun 1601-1613) tidak pernah menyerang Balambangan.
Karena penyerangan Mataram atas Balambangan baru dilakukan oleh Sultan Agung (Raja ke-3 tahun 1637 dan 1639). Itupun hanya sampai Balambangan Barat yag kini menjadi Kabupaten Lumajang.
Serangan dilanjutkan oleh puteranya, Amangkurat I tahun dan berhenti di sebelah barat Gunung Gumitir (kini masuk Kabupaten Jember), pasukan Mataram dikalahkan oleh Prabu Tawangalun dan berhasil dipukul mundur sampai perbatasan barat di Probolinggo.
Setelah kita memahami kronologi dan data sejarah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa cerita tersebut hanya dongeng dan tidak ada data sejarahnya sama sekali.
Bagaimana mungkin Mas Jolang (raja yang sudah mangkat tahun 1613) dan Juru Martani (yang wafat tahun 1615), 20 tahun kemudian bisa hidup lagi untuk memimpin penyeragan ke Balambangan tahun 1637 atau 1639.
Jika Mas Jolang saja tidak pernah ke Balambangan, berarti Juru Martani juga tidak pernah. Bahkan Sultan Agung dan Amangkurat I pun tidak pernah sampai menginjakkan kaki ke Benculuk.
Dengan demikian, tidak mungkin Juru Martani “Celuk-celuk”. Jadi, yang “Celuk-celuk” dan kemudian di-othak-athik gatuk menjadi Benculuk itu siapa? Jangan ngelucu ah!
Arti kata Benculuk dalam Babad Bali
Sekarang mari kita bicara Sejarah, bukan Dongeng lagi.
Menurut data, kata Benculuk dalam Babad Dalem, Babad Arya Kenceng, dan Babad Dalem Benculuk Tegeh Kori di Bali berasal dari kata Buahan. Buahan yang dimaksud adalah “Buahan Jolok” atau Buah Pinang yang cara mengambilnya di-jolok menggunakan galah bambu.
Buah Pinang atau Jambe adalah salah satu suguhan wajib di era klasik yang harus ada dalam setiap pertemuan. Mungkin bisa disamakan dengan rokok atau permen di era sekarang.
Jadi, istilah Benculuk di Bali sudah dikenal sejak abad 15 awal bukan di pertengahan abad 16 seperti dalam “Dongeng Mataram Sentris” di atas.
Benculuk dalam Sejarah Balambangan
Dalam buku Perebutan Hegemoni Blambangan, Dr. Sri Margana mengutip catatan ANRI Arsip Daerah Residensi Banyuwangi no.7, disana terdapat nama Distrik Benculuk.
Distrik atau dalam istilah lokal disebut Kemantren (ke-mantri-an), adalah daerah di bawah kabupaten yang dipimpin seorang Mantri Wedana atau Patih.
Mengapa data ini perlu disebut, karena catatan kompeni tersebut dibuat pada masa kekuasaan Residen Lodewijk Uittermoole dan Gezaghebber Surabaya, R. Fl. Van der Niepoort (1772-1784) atau sezaman dengan kekuasaan Tumenggung Wiraguna I (Mas Alit).
Kemantren Benculuk saat itu membawahi daerah-daerah sebagai berikut: Benculuk, Batu, Bakedanan, Pawulatan, Tapan, Payoman, Caluring (Cluring), Rinsimber (Simbar), Gladag, Relanggrit, Alida (Lidah), dan Kolu.
Buyut Singolobok
Menurut Suluk Balumbung pada jaman Prabu Danuningrat (1736-1763), Benculuk adalah Kemantren dan Mantri di Benculuk adalah Ki Mantri Wiramanggala (Buyut Singolobok).
Pada saat VOC-Belanda datang dan mulai menjajah Balambangan tahun 1767-1777, terjadilah Perang Bayu yang menurut Babad Bayu, terdapat para pejuang Bayu dari Benculuk yang dipimpin oleh Ki Bekel sendiri yakni Ki Macan Jingga.
Beliau terlibat penuh dalam Perang Bayu bersama Mas Rempeg Jagapati dan Sayuwiwit. Bekel Benculuk Ki Macan Jingga kemungkinan adalah putera (atau minimal masih keluarga) dari Ki Mantri Wiramanggala/Buyut Singolobok sendiri.
Dan karena perang yang beliau ikuti terjadi di Bayu, maka tentu makam Ki Macan Jingga tidak ada di Benculuk dan hanya ada makam ayahnya dengan didampingi makam Buyut Dengdeng sang pengawal setia.
(Bersambung: Benculuk Ibukota Terakhir)