Prasasti-prasasti Girindrawardhana

Prasasti adalah sebuah peninggalan bersejarah yang dibuat oleh manusia yang hidup di masa kekuasaan kerajaan. Misal, Prasasti peninggalan Kerajaan Daha.

Ciri-ciri dari Prasasti secara umum terdiri dari bahan yang tahan lama, ditulis menggunakan bahasa kuno seperti bahasa Sansekerta dan dapat berupa sebuah dekrit, hukum perundang-undangan ataupun surat putusan.

Berikut ini kita akan sedikit mengulas mengenai prasasti-prasasti Girindrawardhana era kerajaan Daha atau Dayo tahun 1486. Prasasti ini dibuat delapan tahun setelah Kerajaan Majapahit runtuh.

Prasasti Girindrawardhana

Prasasti Girindrawardhana adalah prasasti yang dikeluarkan oleh Girindrawardhana Dyah Ranawijaya sehubungan dengan pengukuhan tanah-tanah untuk Sang Hyang Dharmma Trailokyapuri yang telah dianugerahkan kepada Sri Brahmaraja Ganggadara.

Prasasti Girindrawardhana terdiri dari lima buah prasasti, yang pertama adalah (1) Prasasti Pethak alias Prasasti Padukuhan Duku OJO XCI disebut juga Prasasti Kembangsore karena saat ini berada di desa Kembangsore.

Lima bulan kemudian dikeluarkan lagi empat buah prasasti; (2) Prasasti Trailokyapuri alias Prasasti Jiyu I (OJO XCII) dan (3) Prasasti Jiyu II (OJO XCIII) yang memuat angka tahun 1408S/1486M; (4) Prasasti Jiyu III (OJO XCIV) yang dituliskan pada dua buah batu.

Serta (5) Prasasti Jiyu IV (OJO XCV) yang disebut juga Prasasti Sidotopo karena ditemukan di Dusun Sidotopo, Desa Manunggal, Kecamatan Mojosari, yang juga berangka tahun 1408S/1486M.

Menurut Slamet Muljana, keempatnya kini telah dipindahkan ke Museum Majakerta.

Prasasti-prasasti tersebut telah ditranskripsikan dengan huruf Romawi oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh N.J. Krom dalam OJO nomor XCI-XCV.

Prasasti Petak (OJO XCI)

Prasasti Petak adalah prasasti yang menyebutkan adanya peperangan antara keluarga Girindrawardhana yakni Sang Mugwing Jinggan dengan pihak Majapahit.
Berikut ini adalah bunyi dari sebagian isi Prasasti Petak;

“Pada tahun Saka 1408… Sri Bhatara Prabhu Girindrawardhana Dyah Ranawijaya, yang mahir dalam ajaran agama Buddha, diiringkan Rakryan Apatih Pu Thahan, meneguhkan anugerah yang telah dikeluarkan Bhatara Prabhu Sang Mokta ring Mahawisesalaya (Dyah Wijayakarana, pen) dan Sang Mokteng Mahalaya-bhawana (Dyah Wijayakusuma, pen) dimana mereka berdua telah menganugerahkan atau memberi ganjaran tanah pradesa di Pethak berikut lembah dan bukitnya kepada Sri Brahmaraja Ganggadara…

“Yang menyebabkan Sri Brahmaraja Ganggadara mendapatkan anugerah itu karena dia telah berusaha keras mendukung kejayaan dan kemenangan Sang Muggwing Jinggan (Dyah Samarawijaya, pen) ketika terombang-ambing masa kemelut Perang melawan Majapahit.”

Prasasti Petak

Dalam Prasasti Petak kita mendapati empat nama sebagai berikut;

  1. Sang Muggwing Jinggan
  2. Bhatara Prabhu Sang Mokta ring Mahawisesalaya
  3. Sang Mokta ring Mahalayabhawana
  4. Sri Bhatara Prabhu Girindrawardhana Dyah Ranawijaya

Prasasti Jiyu I/Trailokyapuri (OJO XCII)

Prasasti Jiyu I adalah prasasti yang menyebutkan bahwa Girindrawardhana Dyah Ranawijaya bergelar; “Paduka Sri Maharaja Sri Wilwatikta Janggala Kadiri Prabhu Nata”.

Selain itu prasasti ini juga menyebutkan adanya penyelenggaraan Sraddha untuk memperingati 12 tahun mangkatnya Sri Paduka Bhattara ring Dahanapura, yakni raja yang mangkat di Indrabhawana.

Berikut ini adalah bunyi dari sebagian isi Prasasti Jiyu I;

“Pada tahun Saka 1408… turun perintah Sri Maharaja Wilwatikta Janggala Kadiri Prabhu Nata Sri Baginda Girindrawardhana Dyah Ranawijaya, untuk dilangsungkannya upacara Sraddha 12 tahun memperinagti wafatnya Sang Mokta ring Indrabhawana…”

Prasasti Jiyu I

Prasasti Jiyu II (OJO XCIII)

Prasasti Jiyu II adalah prasasti yang menyebutkan adanya penyelenggaraan Sraddha untuk memperingati 12 tahun mangkatnya Sri Paduka Bhattara ring Dahanapura, yakni raja yang mangkat di Indrabhawana.

Berikut ini adalah bunyi dari sebagian isi Prasasti Jiyu II;

“Pada tahun Saka 1408… Sri Paduka Brahmaraja Ganggadara mendapat hak utama membina Dharma Sima di Trailokyapuri serta segala tanahnya, yaitu tanah Talasan, Pung, dan Batu.

“Kepadaya dan kepada anak cucu Sri Paduka Brahmaraja Ganggadara sampai kepada keturunan yang paling jauh, supaya mereka jangan melalikan hubungan Resi Baradwaja dan Bhatara Wisnu.”

Prasasti Jiyu II

Prasasti Jiyu III (OJO XCIV)

Prasasti Jiyu III adalah prasasti yang menyebutkan adanya seseorang yang juga bernama Girindrawardhana yaitu “Girindrawardhana Sri Singhawardha-na Dyah Wijayakusuma”.

Menurut Siwi Sang, Prasasti Jiyu III dan Jiyu IV adalah sambungan. Namun Penulis belum mendapatkan teks dari kedua prasasti tersebut. oleh akrena itu, kedua prasasti itu tidak Penulis cantumkan di sini.

Prasasti Jiyu IV/Sidotopo (OJO XCV)

Prasasti Jiyu IV disebut juga Prasasti Sidotopo karena ditemukan di Dusun Sidotopo, Desa Menanggal, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto.

Isi dari prasasti ini diantaranya menyebutkan bahwa Girindrawardhana Dyah Ranawijaya bergelar; “Paduka Sri Maharaja Sri Wilwatikta Janggala Kadiri”.

Adapun nama-nama yang disebut dalam Prasasti Sidotopo (Prasasti Jiyu IV) menurut Heri Purwanto adalah sebagai berikut;

  1. Sang Ratu ing Jinggan
  2. Sang Mokta ring Amrtabhasalaya
  3. Bhatara Prabhu Sang Mokta ring Amrtawisesalaya
  4. Sang Mokta ring Mahalayabhawana
  5. Bhatara Prabhu Girindrawardhana.

Bahan Bacaan: Hasan Djafar, Girindrawardhana; Siwi Sang, Girindra; Slamet Muljana, Tafsir Negarakertagama; Aji, 1478, Runtuhnya Majapahit dan berdirinya Balambangan; dll.

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like
Selanjutnya

Empat Tokoh Arya Damar

Nama Arya Damar ditemukan dalam Kidung Pamacangah dan Usana Bali sebagai penguasa bawahan Majapahit di Palembang yang membantu Majapahit dalam usahanya untuk menaklukkan Bali pada tahun 1343. Pemerintah pusat Majapahit saat itu dipimpin oleh Tribhuwana Tunggadewi.