Kerajaan Jawa di Majapahit berdiri tahun 1294. Awalnya didirikan oleh Sanggramawijaya alias Dyah Wijaya di hutannya Wong Trik.
Dari sebuah desa, Majapahit semakin ramai dan berubah menjadi kota. Sangramawijaya menjadi raja pertama yang memerintah pada tahun 1293-1309 dengan gelar Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana.
Kejayaan Majapahit dimulai pada masa pemerintahan Raja ketiga, Tribhuwanottunggadewi (1328-1350) dan mencapai puncaknya di tangan raja keempat Sri Rajasanagara Dyah Hayam Wuruk (1350-1389). Pada masa itu kekuasaannya hampir meliputi wilayah seluas Asia Tenggara.
Mengenai Sunda dan Madura
Pada pembahasan sebelumnya (Sejarah Ringkas Majapahit, Bag. 1), kita telah mengetahui daerah mana saja yang masuk dalam wilayah Majapahit menurut Kronika Pasai dan Negarakertagama.
Lantas, bagaimana dengan Sunda dan Madura?
Menurut Penulis, keduanya adalah negeri-negeri yang setia pada pemerintahan trah Rajasa, sejak masa Kerajaan Jawa masih di Tumapel hingga masa Sri Rajasanagara Dyah Hayam Wuruk di Majapahit ini.
Argumen ini dibuktikan dengan kutipan dari Nagarakretagama pupuh 42 dan pupuh 15 berikut ini;
“Sunda dan Madura jangan dikatakan lagi, sebab seluruh tanah Jawa tunduk berbakti tidak ada yang alpa.”
“Adapun tentang pulau Madura, tidak termasuk negara asing…”
Negarakretagama
Selain tu Raffles dalam The History of Java juga mengatakan;
“Daerah kekuasaan kerajaan ini (Majapahit) meluas ke timur hingga mencapai Blambangan dan Bali, sedangkan ke arah barat hingga mencapai ke daerah yang dikenal sebagai Kerajaan Sunda.”
The History of Java
Perpecahan Pertama (Kemunduran)
Kemunduran Kerajaan Jawa di Majapahit disebabkan oleh beberapa faktor seperti; Menguatnya dominasi China di Asia Tenggara, Bencana Alam, Rusaknya moral karena agama mulai ditinggalkan penganutnya, dan Konflik antara anggota keluarga Dinasti Rajasa.
Pada masa kekuasaan raja keempat, Sri Rajasanagara Dyah Hayam Wuruk (1350-1389) tepatnya tahun 1376, muncul “Gunung Anyar” yang ditafsirkan sebagai munculnya raja baru.
Raja baru itu diduga adalah mertuanya sendiri, yakni Wijayarajasa Dyah Kudamerta penguasa Kadhaton Wetan di Pamwatan, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.
Ketika kemudian Gajah Mada mangkat dan Hayam Wuruk digantikan oleh menantunya, Bhatara Hyang Wisesa Aji Wikramawardhana, maka raja Kadhaton Wetan, Wijayarajasa mengangkat Bhatara Rajanatha (putra Hayam Wuruk dari rabihaji) sebagai penerus-nya.
Pada masa pemerintahan mereka inilah terjadi Paregreg antara tahun 1404-1406. Dalam Paregreg tahun 1404, Kadhaton Wetan berhasil mengalahkan Kadhaton Kulon, namun dibalas dalam Paregreg Agung tahun 1406, yang menyebabkan Bhatara Rajanatha gugur dan Kadhaton Wetan tamat riwayatnya.
Perpecahan Kedua (Keruntuhan)
Meskipun Kadhaton Kulon berhasil mengatasi masalah ini, namun daerah-daerah kekuasaannya di luar Jawa sebagian besar telah melepaskan diri dan Majapahit tidak dapat mempertahankannya sebagai-mana pada masa raja-raja sebelumnya.
Pada era selanjutnya (1453-1456) juga pernah terjadi perang dingin yang menyebabkan Telung tahun tan hana Prabhu. Hal ini juga semakin memperlemah kedaan negara.
Puncaknya, pada tahun 1478, Maharaja Majapahit terakhir, Dyah Suraprabhawa (1466-1478) gugur dalam pemberontakan yang dikobarkan oleh Sang Muggwing Jinggan Dyah Samarawijaya, bersama adik-adiknya; Dyah Wijayakarana, Dyah Wijaya-kusuma, dan Dyah Ranawijaya.
“Pada tahun 1478 itulah Kerajaan Jawa di Majapahit runtuh untuk selamanya, dan muncullah empat Kerajaan Jawa penerusnya; Pajajaran di Barat (1482-1579); Demak di Utara (1478-1583), Balambangan di Timur (1478-1777); serta Keling (1478-1498) dan Daha (1498-1527) di Selatan.”
1478, Runtuhnya Majapahit dan Berdirinya Balambangan
Bahan Bacaan: (1) Aji Ramawidi, 1478, Runtuhnya Majapahit dan berdirinya Balambangan; (2) I Ketut Riana, Kakawin Desa Warnana uthawi Nagara Krtagama, masa keemasan Majapahit; (3) Nia Kurnia, Pararaton Revisited: Tafsir Baru Atas Sejarah Keluarga Majapahit; (4) Raffles, History of Java. (5) Teuku Ibrahim Alfian, Kronika Pasai; (6) Slamet Muljana, Tafsir Sejarah Nagara Kretagama.