ARYA BUNUT, Senapati Balambangan di Purwoharjo

Pada masa awal kekuasaan Suhunan Tawangalun, wilayah Kerajaan Balambangan hanya meliputi daerah di sebelah timur Gunung Raung (di sini Penulis sebut sebagai daerah Macanputih) ditambah Kedawung/Puger. Sementara Panarukan, Senthong, Demong, Tepasana, dan Banger masih dalam kekuasaan Mataram.

Oleh karena itu, Kangjeng Suhunan Tawangalun kemudian bergabung dengan Koalisi Trunajaya untuk mendapatkan kembali hak Balambangan atas daerah-daerahnya itu.

Dalam De Indische Gids C. Lekkerkerker mengatakan bahwa;

“Pada tahun-tahun kehidupan Amangku Rat I yang terakhir (Tegalwangi), 1646-1677, timbullah pemberontakan dari segenap penjuru. Pada waktu itu Tawangalun menggabungkan diri dengan musuh-musuh Mataram serta menyusun lasykar yang terdiri dari orang-orang Bali dan Blambangan. Orang-orang Melayu dan Makasar yang membantu Trunajaya, di bawah pimpinan Karaeng Galesong, merajalela di beberapa tempat pantai Blambangan sampai ke Sidoarjo.”

De Indische Gids

Kekuatan Militer Balambangan

Sekarang, mari kita lihat seberapakah kekuatan Balambangan sendiri saat itu. Seperti telah dikisahkan oleh para kawi (pujangga), Balambangan saat itu memiliki tujuh Panglima Perang.

Merekalah prajurit andalan, penuh wibawa, tak terkalahkan dan menjadi tameng negara. Ketujuh orang tersebut adalah andalan negeri Balambangan yang dikenal amat sakti dan kebal senjata.

“…kocapa kang para kawi, andul-anduling negara prajurit ing Macan Putih ingkang Gegedhug sami sapta catur kathahipun gih punika winarna jejulukira pura sami apaparab; (1) Ki Arya Jaganagara, (2) Ki Arya Jagapralaya, (3) Ki Arya Bulater nenggih mara sepuhira Pengéran ramané Sumekar Dewi. (4) Ki Arya Macan Guguh, (5) Ki Arya Bunut, (6) nenem Ki Arya Kudhut, (7) Ki Arya Purus. Nenggih tiyang pitu perjurit ing Sima Pethak… pinaringan sira sami panjenenganira wahu winarisan sedaya tiyang pitung éwu sami.”

Babad Tawangalun

Demikianlah para Saptamanggala Balambangan. Ketika Kerajaan sudah berpusat di Macanputih, masing-masing anggota Saptamanggala ini membawahi prajurit sebanyak 7.000 orang. Artinya, jumlah total prajurit Balambangan yang disebut Jagabela itu adalah 49.000.

Dalam Cerita Tutur Suluk Balumbung disebutkan bahwa; “Suhunan Tawangalun mengirimkan 2.000 orang jagabela Balambangan dipimpin Pangeran Arya Ketha dan Pangeran Arya Gajah Binarong juga bergerobak-gerobak kebutuhan makanan selama perang (Trunajaya).”

Arya Bunut Senapati Wilayah Selatan

Kangjeng Suhunan Tawangalun telah mengembangkan kekuatan militer Balambangan menjadi sangat luar biasa. Maka wajar jika Balambangan kemudian amat disegani oleh kawan maupun lawan.

Sampai-sampai digambarkan; “Keberadaan ketujuh orang panglima perang tadi jika mengamuk, bumi seolah bergetar.”

Ketujuh panglima perang Macanputih yang dikenal amat sakti dan kebal senjata itu adalah:

  1. Ki Arya Jaganagara,
  2. Ki Arya Jagapralaya,
  3. Ki Arya Bulater (mertua Tawangalun),
  4. Ki Arya Macan Guguh,
  5. Ki Arya Bunut,
  6. Ki Arya Kedhut, dan
  7. Ki Arya Purus (Jaya Purusa).

Mereka bertujuh mendapat kedudukan dan prajurit bawahan sebanyak 7.000 orang (x7 = 49.000 orang prajurit).

Arya Bunut ‘periwayat’ Babad Tawangalun

Babad Tawangalun yang kita kenal saat ini ‘diduga’ diriwayatkan melalui jalur Arya Bunut. Hal ini dapat kita lihat pada bagian akhir Babad Tawangalun Naskah Br 453 (C), Naskah LOr 4087 (D), dan naskah LOr 4088 (E), yang menyebut dua buah silsilah dimana salah satunya berujung pada nama Sembah Bunut.

Nama-nama itu adalah: (7) Ki Jasiran, (6) Ki Sahinah di Sembulung, (5) Ki Redin, (4) Ki Pangur, (3) Ki Brengos, (2) Ki Gereng (Si Gereng?), dan (1) Sembah Bunut/Arya Bunut.

Saat ini kita masih dapat menemukan makam atau makom (petilasan) beberapa saja diantara mereka, yaitu; Ki Brengos(Prada) di Rajegwesi-Pesanggaran, Ki Gereng (Si Gereng?) di Wiyayu Wetan-Songgon, dan Sembah Bunut/Arya Bunut di Krajan-Purwoharjo.

Tanah Lungguh Arya Bunut

Disebutkan pula dalam Babad Tawangalun bahwa masing-masing dari mereka mendapat kedudukan, maksudnya tanah lungguh.

Sejauh ini hanya ada beberapa dari nama-nama itu yang meninggalkan toponimi mirip dengan nama tempat yang masih dapat kita temui saat ini yaitu Arya Bunut dan Arya Balater.

Nama Arya Bunut kita temukan di Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Purwoharjo. Selain itu, di Desa Kemiri, Kec. Panti-Jember juga terdapat nama dusun Bunot.

Tidak jauh dari makam Aryo Bunut yang di Purwoharjo terdapat makam kuna Tunggul Wulung. Terletak di Dusun/Desa Bulurejo, Kec. Purwoharjo.

Kira-kira dua-tiga ratus meter dari makam Tunggul Wulung ditemukan peninggalan kuna berupa bata merah besar. Kabarnya itu terkait dengan makam Tunggul Wulung.

Dugaan Atas Petilasan Saptamanggala Yang Lain

Saptamanggala kedua yang juga masih menyisakan toponimi hingga saat ini adalah Arya Balater yang dapat kita temukan di Perkebunan Kotta Blater.

Di kawasan tersebut terdapat makam kuna yang disebut makam Arya Cengkiling dan Mbah Ratu di Dusun Kraton, Desa Wonosari, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember.

Jejak bata merah berukuran besar juga banyak ditemukan di aera pemakaman umum desa Wonoasri.

Beberapa temuan kuna yang pernah ditemukan di desa Wonoasri menurut penduduk setempat berupa guci dan koin berlubang (gobog) serta batu bata besar.

Adapun sebuah makam di dikenal oleh masyarakat Olehsari sebagai makam Buyut Ketut, diduga adalah Ki Arya Kedhut.

Makam Mbah Jogo (entah Ki Arya Jaganagara atau Ki Arya Jagapralaya) ditemukan di Dusun Gantung, Desa Gendoh, Kecamatan Sempu.

Dengan demikian hanya Ki Arya Macan Guguh dan Ki Arya Purus (Jaya Purusa) yang belum dapat diduga letak makamnya karena belum ada data maupun informasi tentang itu.

Sumber:

C. Lekkerkerker, De Indische Gids, Blambangan / Winarsih, Babad Blambangan / Babad Tawangalun / Aji Ramawidi A Short History of Balambangan / Samsubur, Sejarah Kerajaan Blambangan / Sri Margana, Perebutan Hegemoni Blambangan.

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like
Selanjutnya

KERAJAAN WIRABHUMI

DAFTAR ISI Hide Letak Wirabhumi“Es Campur” SejarahSebuah Upaya IdentifikasiKerajaan Balambangan bukan WirabhumiSumber Bacaan: Dalam pemahaman publik selama ini…