Ada setitik kisah di sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kabar, Kabupaten Banyuwangi. Desa tersebut bernama Benelanlor.
Di desa Benelanlor terdapat dua cerita yang berkembang di masyarakat dan dipercayai terkait dengan sejarah berdirinya Desa tersebut, yaitu cerita tentang seorang keturunan Prabu Tawang Alun yang bernama “Raden Jaka Pekik” dan sang petani bernama “Ki Tompo Wijoyo”.
Kisah “Raden Jaka Pekik”
Dari sebuah artikel Pemerintahan Desa Benelanlor pada tahun 2014, disebutkan bahwa sang Prabu Tawang Alun sedang berjalan-jalan di sekeliling Kerajaan Macan Putih (sekarang Desa Macan Putih).
Disana beliau berjalan ke arah barat sekitar 800 meter, lalu berhenti di tepi sebuah hutan yang ditumbuhi banyak sekali tumbuhan bambu. Kemudian beliau membabat hutan bambu tersebut hingga mempersilahkan para pengikutnya untuk tinggal disana.
Sang prabu memberi nama daerah tersebut sesuai dengan nama bambu yang semula tumbuh disana. Jenisnya adalah jenis Bambu Ater (Gigantochloa atter) atau sebutannya Bambu Benel. Sehingga daerah itu bernama Benelan.
Saking luasnya, bahkan daerah hutan bambu benel tersebut sampai ke daerah (Kecamatan Singojuruh saat ini) sebelah selatan Desa Lemahbang Kulon.
Seiring berjalannya waktu, wilayah tersebut terpecah menjadi dua wilayah desa dengan nama Benelanlor dan Benelan Kidul.
Adapun pemimpin di sana, diserahkan kepada anak keturunannya yang bernama “Raden Jaka Pekik”.
Namun, setelah sang pimpinan desa tersebut merasakan adanya pendatang (penjajah), dirinya bersemedi menghilangkan raganya dan sang istri dirubah wujudnya menjadi sosok mahluk tak kasat mata.
Hingga sekarang , mereka berdua masih ada di Desa Benelanldi menjadi pelindung atau danyang disana.
Kisah “Ki Tompo Wijoyo”
Kisah ini bersumber dari sebuah tulisan Mahasiwi Ibrahimy Genteng yaitu Putri dan Mufidah pada tahun 2020.
Menurut mahasiswi itu, Ki Tompo Wijoyo merupakan seorang petani yang tinggal disebuah daerah bernama Desa Benelan (lokasinya saat ini bernama Desa Benelan Kidul). Tetapi, dirinya memiliki hamparan sawah yang cukup luas yang berada didaerah utara desanya.
Karena hanya di rawat sendiri, Ki Tompo Wijoyo akhirnya menginap di area persawahannya. Pondoknya berada di sekitar wilayah yang sekarang bernama Desa Benelanlor. Kemudian dirinya betah di sana.
Seiring berjalannya hari demi hari, beliau menikah lagi dan memiliki keturunan di daerah sana dan membuat pemukiman untuk anak keturunannya. Sehingga, tak dirasa Ki Tompo merasa bahwa dirinya akan tinggal disana.
Di lain waktu, Ki Tompo mendirikan sebuah desa dengan nama yang diambil dari nama desa tempat kelahirannya. Namun karena berada di sebelah utara. Maka nama desanya bernama “Benelanlor” dan warganya adalah anak keturunannya sendiri.
Di sini, dia menjabat sebagai kepala desa pertama hingga kemudian dirinya wafat, dan dikubur di sebelah barat masjid Desa Benelanlor sekarang.
Kisah itu menjadikan Desa Benelanlor adalah desa yang dihuni oleh satu keluarga dan terjalin ikatan keluarga dengan Desa Benelan Kidul hingga sekarang.
Kesejarahan Raden Jaka Pekik
Diceritakan, bahwa sejarah desa tersebut diawali dari perjalanan sang Prabu Tawang Alun dari wilayahnya yaitu Macan Putih.
Dalam Babad Tawang Alun, disebutkan bahwa kepergian sang prabu disusul para warga Kedhawung yang berbondong bondong pindah dan mendirikan perkampungan-perkampungan baru di sekitarnya.
Kemungkinan salah satu perkampungan baru itu adalah Desa Benelanlor.
Berdirinya Desa Benelanlor masih belum jelas waktu tanggal pastinya. Namun Balai Desa Benelanlor menunjukkan angka tahun 1745 sebagai tanda awal berdiri.
Bila dihitung, tenyata hanya berselang waktu 84 tahun sehingga dirasa kurang pas dan terlalu jauh waktunya dengan ketika sang Prabu Tawang Alun membuka lahan tersebut.
Apa lagi jika dibandingkan dengan waktu kematian sang prabu pada tanggal 18 september 1691 berdasar buku karya Samsubur (Sejarah Kerajaan Belambangan). Jadi, secara otomatis Sang Prabu Tawang Alun tidak menjadi pendiri atau cikal bakal desa tersebut.
Selain itu, nama anak yang bernama Raden Jaka Pekik juga masih menjadi misteri. Apakah beliau adalah anak keturunannya yang mungkin belum diketahui dan tertulis disebuah silsilah keluarga Prabu Tawang Alun?
Kesejarahan Ki Tompo Wijoyo
Bila dikaitkan dengan data desa, kapan dan berapa lama waktu kepemimpinan sang lurah yang juga pendiri desa ini juga belum diketahui.
Dari penuturan Pak Eko, salah satu orang yang mengaku masih keturunan Ki Tompo Wijoyo, menurutnya Ki Tompo Wijoyo bukanlah pendiri desa, melainkan pendatang yang menyebarkan Islam dan kemudian bertempat tinggal di Desa Benelanlor.
Ki Tompo Wijoyo merupakan pendatang yang masih mengalir darah keturunan orang China. Ki Tompo Wijoyo juga memiliki nama China bermarga “wie” yaitu (Khi Tompho Wie).
Bukti lain menurutnya, adalah berdirinya masjid yang diyakini didirikan olehnya dan menjadi masjid pertama dan tertua di Banyuwangi yang saat ini berada di Desa Gombolirang.
Kesimpulan
Sementara ini, kepastian sejarah Desa Benelanlor belum menemukan titik terang bila dihubungkan dengan sejarah yang ada. Dan cerita yang tersebar masih tergolong cerita rakyat atau cerita tutur saja.
Hal tersebut disesuaikan dengan beberapa point:
Cerita rakyat (cerita tutur) tentang Raden Jaka Pekik masih diragukan kebenarannya bahkan dikaitkan dengan Sang Prabu Tawang Alun.
Cerita rakyat (cerita tutur) tentang Ki Tompo Wijoyo juga tidak sesuai atau sejalan antara cerita dari Pak Eko yang mengaku sebagai keturunan Ki Tompo Wijoyo dan dari Mahasiswi Ibrahimy Genteng Banyuwangi yang sempat KKN di Desa Benelanlor pada tahun 2020.