JAGALARA; Pahlawan Balambangan yang terlupakan

By. Aji Ramawidi

Perang Semesta Balambangan alias Perang Bayu, terjadi dalam tiga babak; Perang Bayu I terjadi antara bulan Agustus-Desember tahun 1771 dengan tokohnya Mas Rempeg/Jagapati.

Perang Bayu II terjadi antara bulan Pebruari-Juni 1772 dengan tokohnya adalah Jagalara atau Rempeg II dan Mas Ayu Wiwit.

Adapun Perang Bayu III terjadi antara bulan Juli-Oktober 1772 dengan tokohnya antara lain adalah Bapa Ajar Keboundha.

Mengenal Jagalara

Di sini, kita akan membahas Jagalara, pemimpin Perang Bayu II.

Menurut Babad Bayu, Jagalara adalah saudara dari Mas Rempeg sendiri.

“Jajulukira Nrpati awasta pun Jagapejah, wonten deni seduluri kakangsih pun Jagalara…”

(Babad Bayu)

Sedangkan menurut Babad Tawangalun, Jagalara hanya disebut sebagai Patih sekaligus wakil dari Mas Rempeg (Jagapati).

“Nulya sira mapak bala, wahu Pangeran Jagapati miwah Patih Jagalara, pepek sagunging prajurit…”

(Babad Tawangalun)

Winarsih P.A. mengatakan bahwa ketika Jagapati sedang terluka parah, dia mengangkat Patih Jagalara dan Sayu Wiwit sebagai wakilnya.

Hal ini penting karena VOC-Belanda belum pernah melihat Mas Rempeg, maka dengan mengatakan kalau Mas Rempeg masih hidup, berita itu akan menurunkan mental juang pasukan VOC-Belanda.

Serangan ke Kota Lateng

Sebagai bentuk balas dendam atas perbuatan Letnan Heinrich di Purwa, Grajagan, dan Jalimanik, maka pada tanggal 20 Maret 1772, para pejuang Balambangan di bawah pimpinan Jagalara berusaha menggempur Kota Lateng.

Sepertinya dia ingin mengulang kemenangan pendahulunya, Mas Rempeg, dalam serangan ke Kota Lateng yang dapat menewaskan Residen C.V.D. BIesheuvel.

Sayangnya serangan kali ini gagal karena di tubuh para pejuang sedang terjadi perpecahan.

Perpecahan di antara Pejuang Bayu

Sepertinya, hal ini bermula karena ketidaksetujuan beberapa pemimpin pasukan atas keputusan Mas Rempeg yang menunjuk Patih Jagalara sebagai penerusnya. Karena itu beberapa pemimpin pejuang memilih jalan mereka sendiri.

Ada yang meneruskan perjuangan sendiri dengan cara bergerilya; ada yang pulang ke desanya masing-masing karena lelah berperang namun tetap tidak mau menyerah; ada pula yang menyerah pada VOC-Belanda; serta banyak juga yang tetap bertahan di Bayu di bawah pimpinan Jagalara.

Dengan memahami keadaan para pejuang Bayu yang sangat memprihatinkan, Letnan Heinrich semakin percaya diri untuk segera menyerang dan menghancur-leburkan pertahanan para pejuang Bayu.

Jagalara Menolak Nasihat Ki Keboundha

Pada tanggal 16 Mei 1772, VOC-Belanda menggempur benteng Bayu secara besar-besaran.

Saat itu, Jagalara mengambil langkah yang salah ketika hendak keluar benteng untuk perang tanding menghadapi Senapati andalan VOC-Belanda, Ki Guntur Geni.

Ki Keboundha kemudian memberinya nasihat. Namun dengan jiwa mudanya, Jagalara menolak nasihat tersebut dan lebih yakin dengan strateginya sendiri.

Benar saja, ketika Jagalara maju menghadapi musuhnya, dia terluka parah dan nyaris dipenggal musuh, namun dia berhasil diselamatkan oleh rekan-rekannya. Beruntung dia berhasil membunuh Guntur Geni.

Kematian Jagalara, Juni 1772

Setelah perang tanding dengan Senapati Guntur Geni itu, Jagalara mengalami luka yang sangat parah. Namun demikian, dia masih bisa bertahan selama satu bulan hingga akhirnya meninggal pada tanggal 11 Juni 1772.

“…pada saat penyerangan terakhir ke Bayu, 16 Mei 1772, Pen), Jagapati [II] terluka dan kemudian meninggal pada 11 Juni (1772).”

(Laporan Letnan Heinrich)

Sejak kematian Jagalara/Rempeg [II] itu maka pemimpin pasukan Bayu selanjutnya adalah Ki Keboundha alias Bapa Undha alias Endo alias Endho Bandayudha alias Bapa Ajar Keboundha.

Polemik Dua Makam Jagapati

Saat ini, kita dapat menemukan dua buah makam yang dipercaya sebagai makam Mas Rempeg.

Yang pertama, sebuah makam yang terletak di pemakaman umum Dusun Kertosari, Gombolirang, Kecamatan Kabat Banyuwangi. Di sana tertulis nama Pangeran Jagapati (Mas Rempeg) Raja Bayu.

Jaraknya tidak terlampau jauh ke arah timur dari Tegal Perangan, Songgon, atau di selatan Desa Macanputih, Kecamatan Kabat.

Makam kedua dikenal dengan makam Mbah Rembug (Rempeg Jogopati) alias Syeh Syamsul Arifin. Dulu, masyarakat menyebut tempat ini sebagai makam Wong Abang.

Terletak di Dusun Krajan, Desa Bunder, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, atau lurus di selatan makam pertama (yang di Gombolirang itu). Jaraknya dari Tegal Perangan kira-kira juga sama.

Adanya dua makam seperti ini tentu berasal dari tutur masyarakat yang pernah mendengar adanya dua orang Rempeg dalam Perang Bayu.

Namun demikian, kita tidak bisa mendefinisikan mana yang makam Jagapati (Rempeg I) dan mana yang makam Jagalara (Rempeg II).

Bahan Bacaan: A Shot History of Blambangan, Perebutan Hegemoni Blambangan, Sejarah Kerajaan Blambangan, Babad Blambangan, Babad Bayu, Babad Tawangalun, Opkomst, dll.

0 Shares:
1 comment
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like