MAS ALIT; Bupati Banyuwangi Pertama

By. Aji Ramawidi

“Mas Alit…, saya melihatnya sebagai orang yang sangat rajin, cerdas, dan patuh. …di sisi lain dia bertubuh tegap dan berkelakuan baik.”

(Gezaghebber Pieter Luzac)

Perang Semesta Balambangan III alias Perang Bayu telah berakhir pada 12 Oktober 1772 Setelah itu, otoritas VOC-Belanda di Balambangan mulai mempersiapkan penataan ulang pemerintahan di Ujung Timur Jawa tersebut.

Penunjukkan, Raden Tumenggung Kartanegara dan Jaksanegara, dua Bupati yang didatangkan dari Surabaya rupanya telah menimbulkan polemik dan konflik yang berkepanjangan dan sangat merugikan pihak VOC-Belanda.

Oleh karena itu, Residen Schophoff mencari “orang dalam” yang bisa diterima masyarakat asli Balambangan untuk ditempatkan sebagai Bupati yang baru.

Saat itulah Ki Jurukunci, mengusulkan kepada Residen Schophoff, bahwa ada satu bangsawan keturunan Balambangan-Madura yang jika diangkat sebagai Bupati baru pasti akan diterima oleh rakyat. Namanya adalah Mas Alit dari Dinasti Wiraguna.

Resolusi VOC Untuk Balambangan

“Setelah mempertimbangkan dengan masak-masak… maka pada rapat kami tertanggal 7 bulan ini (Desember 1773)… pengangkatan Mas Alit disyahkan pada hari itu juga…”

(G.J. Petrus Albertus van der Parra)

Demikianlah diantara resolusi VOC-Belanda mengenai pengangkatan Mas Alit. Gubernur Jenderal juga mewanti-wanti kepada Residen Schophoff agar perlawanan seperti sebelumnya tidak terulang lagi.

Untuk melaksanakan hal tersebut, maka Mas Alit segera dipanggil ke Surabaya dan dari sana diantarkan langsung oleh Gezaghebber Pieter Luzac disertai oleh Panembahan Cakraadiningrat [VI] ke Balambangan.

Pengangkatan Mas Alit, 1774

Hari yang ditentukan pun tiba, Mas Alit akhirnya menginjakkan kaki kembali di Blambangan. Dia datang ke Balambangan bersama 12 keluarga wadwa agung yang sebelumnya sudah bersumpah setia kepada VOC-Belanda.

Mas Alit dilantik langsung di hadapan rakyat pada hari selasa tanggal 1 Pebruari 1774. Prosesi pengangkatan itu dilaksanakan dengan sangat meriah di Ulu Pangpang dan dihadiri oleh para petinggi VOC-Belanda beserta para bupati daerah jajahan dari Pesisir Utara Jawa Timur dan Madura.

Agar dapat diterima oleh rakyat sebagai penguasa Balambangan yang baru, VOC-Belanda memberi gelar Mas Alit sebagai Tumenggung Wiraguna untuk menunjukkan legalitasnya sebagai keturunan Suhunan Prabhu Agung Tawangalun dari trah Mas Dalem Wiraguna.

Seremonial di Ulu Pangpang

Para petinggi VOC-Belanda itu minum bersama segelas anggur pagi. Kemudian Gezaghebber Pieter van Luzac mempersilahkan Mas Alit untuk membacakan surat pernyataan kesetiaannya pada VOC-Belanda dihadapan publik.

Kemudian diterjemahkan oleh penerjemah Johannes Frederik Buze dalam bahasa Belanda maupun dalam bahasa Jawa, dan disambut oleh semua pembesar dengan bersorak sorai diiringi dentuman meriam sebagai penghormatan.

Para hadirin memberikan ucapan selamat padanya atas jabatan yang diperolehnya, lalu minum lagi beberapa gelas anggur, dan Gezaghebber Pieter van Luzac menggandeng tangan Mas Alit kembali ke dalam Loji.

“Inilah akhir dari proses pemilihan yang panjang yang dimulai sejak satu tahun sebelum-nya, dan bagi sang Bupati baru, ini merupakan akhir dari proses resmi yang panjang yang telah dimulai sejak dua pekan yang lalu di Madura.”

(Sri Margana)

Tiga Tahun Bebas Pajak

Panembahan Madura, Cakraadiningrat [VI] membacakan penegasan atas privilese khusus yang dianugerahkan VOC-Belanda kepada sang Bupati baru dan orang-orang Blambangan.

Mereka akan dibebaskan dari seluruh kewajiban memberikan upeti pada VOC-Belanda selama tiga tahun pertama masa pemerintahan sang bupati baru, dimulai dari awal Januari 1774 hingga akhir Desember 1776.

Terpilihnya Mas Alit adalah bagian dari strategi reorganisasi total bekas wilayah Kerajaan Balambangan. Kini, daerah itu telah terbagi menjadi tiga Kabupaten; Basuki dan Panarukan, di barat dan Kabupaten Blambangan di timur.

Batas antara keduanya adalah Pegunungan Gumitir yang membentang dari Merubetiri hingga ke Pegunungan Ijen dan dilanjutkan dengan Kaliputih atau Sungai Seputih di utara.

Bahan Bacaan:
Perebutan Hegemoni Blambangan, Lingkar Waktu, Ini Banyuwangi Sri Tanjung Hidup Kembali, A Short History of Blambangan, Sejarah Kerajaan Blambangan, Opkomst, dll.

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like
Selanjutnya

BRAWIJAYA, Raja Daha

1. Kerajaan Keling Pararaton (1613) menyebutkan bahwa Bhre Panḍansalas (Dyah Suraprabhawa) adalah raja terakhir Majapahit yang meninggal di…