Viralnya aksi seorang oknum yang merusak sesajen di Situs Kawitan pada 22 Maret 2022 yang lalu, membuat Peninggalan Sejarah yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi tersebut kembali disorot Publik.
Bahkan, dalam kunjungannya menghadiri festival Surving di G-Land, 6 Juni 2022 lalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Shalahudin Uno akhirnya juga tertarik untuk singgah ke sana.
Lantas, apa itu Situs Kawitan dan peninggalan dari era mana?
Nama Situs Kawitan
Situs Kawitan adalah jejak sejarah berupa reruntuhan “gapura” dari batu putih (batu karang?) yang ditemukan oleh masyarakat perambah hutan pada tahun 1965-1967.
Nama Kawitan sendiri adalah nama yang mereka berikan kala itu, karena tidak ada yang tahu nama asli dari bangunan tersebut ketika masih utuh pada zamannya.
Nama ini dikaitkan dengan nama hutan Alas Purwo sendiri dimana Purwo dan Kawitan memiliki makna yang sama, yakni Yang Pertama.
Dikaitkan Dengan Mpu Barada
Anggapan umum masyarakat Banyuwangi yang kemudian juga dipahami secara luas oleh masyarakat Jawa-Bali dan Nusantara, bahwa Situs Kawitan dikaitkan dengan sosok Mpu Barada.
Dia adalah sahabat sekaligus Guru dari Maharaja Erlangga dari Kerajaan Kahuripan yang berkuasa antara tahun 1019-1045
Dewi Kili Suci
Dikisahkan bahwa pada tahun 1045, Maharaja Erlangga memutuskan untuk turun tahta dan menyerahkan kerajaannya kepada sang putri, Dewi Kili Suci (Serat Calonarang) alias Sanggramawijaya Tunggadewi (Prasasti Cane dan Prasasti Turun Hyang).
Menurut Serat Calonarang, sang raja kemudian penjadi pertapa bergelar Resi Erlangga Jatiningrat, sedangkan menurut Babad Tanah Jawa beliau bergelar Resi Gentayu.
Namun demikian, gelar dalam Prasasti Gandakuti-lah yang paling layak dipercaya. Di sana disebutkan bahwa gelarnya adalah Resi Aji Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning Bhuwana.
Sementara itu, Dewi Kili Suci ternyata juga tidak ingin menjadi raja dan memilih menjadi pertapa.
Oleh karena itu adik-adik Dewi Kili Suci, yakni Sri Samarawijaya dan Mapanji Garaksakan (Panji Laras?) berebut untuk menjadi pewaris tahta. Erlangga-pun dibuat bingung karenanya.
Perjalanan Mpu Barada
Erlangga yang merupakan putra dari raja Bali, Udayana, berkeinginan menempatkan salah satu putranya di Bali. Hal ini untuk menghindari terjadinya perang saudara di Jawa.
Sebelum itu, dia mengutus Mpu Barada ke Bali guna menegosiasikan hal ini dengan pihak Bali.
Niat Erlangga ditolak oleh pihak Bali, karena di Bali sudah ada rajanya. Saat itu yang berkuasa di Bali adalah Raja Sri Marakata, adik kandung Erlangga sendiri.
Menurut Serat Calonarang, Mpu Barada menempuh perjalanan dari Daha (Kediri) melintasi Kapulungan, Sekarawi, Momongan, dan Andelan. Dari tempat tersebut kemudian menyeberang ke Bali.
Letak Andelan-nya Mpu Barada
Menurut Hadi Sidomulyo (Nigel Bullough), Andelan adalah nama suatu entitas wilayah di sebelah utara Balambangan (Balumbungan).
“Andelan disebutkan dalam kisah ‘Calon Arang’ sebagai tempat terakhir yang dilalui oleh Mpu Bharada sebelum menyeberang ke Bali dari Banyuwangi…
“Dapat diperkirakan bahwa Andelan terletak di ujung timur Pulau Jawa, berdampingan dengan Balumbungan.
“Tampak-nya bahwa abad ke-14 M wilayah kekuasaan Balumbungan terbatas pada bagian selatan kabupaten Banyuwangi sekarang.”
Hadi Sidomulyo
Dugaan ini diperkuat dengan keterangan dalam peta kolonial yang diterbitkan tahun 1893, dimana masih dapat kita temukan nama Andelan I dan Andelan II yang kini bisa dikatakan meliputi Kecamatan Wongsorejo dan Bajulmati di Banyuwangi Utara.
Saat ini nama Andelan hanya menjadi nama Dusun Andelan (Andelan I) dan Dusun Andelan Kidul (Andelan II) di Desa Sumberkencono, Kec. Wongsorejo, Banyuwangi.
Pembahasan lebih jauh mengenai daerah Andelan, dapat dibaca di sini: https://ajisangkala.id/adakah-kadipaten-andelan/
Situs Kawitan Peninggalan Siapa?
Dari keterangan Serat Calonarang maupun peta Kolonial tahun 1893 di atas, jelas bahwa ternyata Mpu Barada tidak singgah di kawasan Alas Purwo (Kecamatan Tegaldlimo), melainkan di Andelan (Kecamatan Wongsorejo).
Dengan demikian kurang tepat jika dikatakan bahwa Situs Kawitan adalah peninggalan dari Mpu Barada. Lantas, peninggalan siapakah Situs Kawitan?
Apakah benar Situs Kawitan adalah pintu gerbang atau gapura dari sebuah keraton Ghaib milik Bangsa Lelembut? Untuk sementara, informasi tentang itu masih harus kita simpan terlebih dahulu. Sarwahayu!
Sumber: Prasasti Cane; Prasasti Turun Hyang; Prasasti Turun Hyang II; Serat Calonarang; Babad Tanah Jawa; Peta kolonial tahun 1893; I Gusti Made Warsika, Bali Kuno; Hadi Sidomulyo, Napak Tilas Perjalanan Mpu Prapanca; dan Aji Ramawidi, Dari Balambangan Menjadi Banyuwangi.
1 comment