BALUMBUNGAN; Cikal-bakal Balambangan

Oleh: Aji Ramawidi

Balumbungan (atau biasa disebut Balumbung saja), adalah salah satu Kadipaten di bawah kekuasaan pemerintah Majapahit. Kadipaten ini merupakan cikal-bakal Kerajaan Balambangan (merdeka).

Menurut Babad Dalem, kadipaten ini telah ada sejak ditunjuknya Dalem Juru/Bima Chili Kepakisan sebagai Adipati pertama pada tahun 1352.

Kadipaten inilah yang dimaksud dengan Balumbung dalam Nāgarakṛtāgama pupuh 28 : 1, juga dalam Babad Sembar, Pupuh Dhangdhanggulo : 1-2 dan Lontar Bujangga Manik, dan lain-lain yang mengulas tentang sejarah Balambangan era Majapahit.

Namun, jauh sebelum itu, sebelum menjadi Kadipaten, Balumbungan masih berupa Watek bernama Malambang, sedangkan penduduknya disebut Wong Malambangan.

WATEK MALAMBANG (1316-1352)

Dalam salah satu tafsir mengenai asal-usul Kerajaan Balambangan, Prasasti Jayanegara I yang menyebut nama Malambang sering disebut-sebut sebagai tonggak awal berdirinya Balambangan.

Walaupun masih diragukan oleh sebagian kalangan, namun kaitan antara Prasasti yang diduga dikeluarkan oleh raja kedua Majapahit sekitar tahun 1316M ini dengan asal-usul Kerajaan Balambangan layak untuk dikaji.

“…Sri Baginda Maharaja menurunkan anugerah kepada masyarakat Malambangan itu jadi sebidang tanah perdikan sima.”

(Prasasti Jayanegara I, 1316 M)

Ada sedikit hal yang mengusik perhatian Penulis ketika Malambang dikatikan sebagai salah satu Juru dari Kerajaan Lamajang Tigangjuru bersama dengan Sadeng dan Ketha.

Menurut pendapat ini Malambang (atau bahkan sudah disebut Balambangan) adalah salah satu dari Juru bagian dari Lamajang Tigangjuru. Namun pendapat ini masih sangat lemah dan perlu kajian lebih mendalam.

Apalagi Malambang justru memilih setia kepada Majapahit dan tidak memihak Lamajang dalam Perang Nambi tahun 1316.

Konon, karena kesetiaannya itulah Prasasti Jayanegara I dikeluarkan sehingga menjadi sebab di kemudian dari, Watek Malambang dinaikkan status menjadi sebuah Kadipaten pada tahun 1352 M.

KADIPATEN BALUMBUNGAN (1352-1479)

Nama kadipaten ini ada yang menulisnya dengan sebagai Balumbung (Nāgarakṛtāgama pupuh 28 : 1) atau Balambangan (Babad Dalem).

“Keempat putra-putri Sri Coma Kepakisan dilantik oleh Gajah Mada menjadi Adipati di berbagai daerah; Putra tertua menjadi Adipati di daerah Balambangan bernama Ida Dalem Juru; Putra kedua menjadi Adipati di Pasuruhan bernama Ida Dalem Bimasakti; Putra ketiga (perempuan) menjadi Ratu di Sumbawa bernama Ida Datu Muter; dan Putra paling bungsu menjadi Adipati di Bali bernama Ida Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan. Pada tahun 1352 berangkatlah rombongan Ida Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan sebagai Adipati Bali dengan perahu…”

(Babad Dalem)

Tahun 1352 itulah yang kemudian menjadi acuan berdirinya Kadipaten Balumbungan, Pasuruhan, Sumbawa, dan Bali, di bawah Majapahit.

Dalam sejarahnya, ada tiga peristiwa bersejarah yang melibatkan Kadipaten Balumbungan di dalamnya. Ketiganya adalah; (1) Kunjungan Hayam Wuruk ke Patukangan tahun 1359, (2) Kunjungan Syaikh Maulana Ishaq ke Balumbungan, dan (3) Kunjungan Bujangga Manik ke Balumbungan.

Sementara peristiwa Paregreg (1404-1406) antara Kadhaton Wetan-Pamwatan (Porong Sidoarjo) melawan Kadhaton Kulon-Majapahit (Trowulan Mojokerto) tidak ada hubungannya dengan Balambangan.

PARA ADIPATI BALUMBUNGAN

Seluruh data mengenai Kadipaten Balumbungan paling banter hanya terdapat dalam Babad disamping begitu banyaknya cerita rakyat tentang hal tersebut.

Mengenai data utama yang dipakai di sini adalah Babad Dalem, Babad Sembar dan Tedhak Dermayudan. Serta, sedikit-sedikit dipadukan dengan ‘Cerita Tutur Suluk Balumbung’, sebuah Cerita keluarga dari keturunan Kangjeng Suhunan Tawangalun [II].

Adapun angka tahun yang dicantumkan adalah hasil analisis Penulis berdasarkan bukti-bukti yang ada. Berikut ini adalah daftar para Adipati Balumbung antara 1352-1479;

Dinasti Kepakisan dari Kediri (1352-1406)

  • Sri Juru/Bima Chili Kepakisan (1352-1384)
  • Kuda Panandhang Kajar/Aji Dharmasora Kepakisan (1384-1406)

Dinasti Rajasa cabang Kadhaton Wetan-Pamotan (1406-1478)

  • Dedali Putih/Menak Sembuyu (1406-1461)
  • Siung Laut/Menak Sopal (1461-1478)
  • Adipati Suralegawa/Mas Sembar (1478-1479), kemudian menjadi Kerajaan Merdeka

PENUTUP

Setelah berakhirnya era Majapahit (1478), Kadipaten Balumbungan lebih memilih untuk merdeka.

Pewaris tahta saat itu adalah putri dari Siung Laut/Menak Sopal yang bernama Dewi Sedhah Merah (istri dari Mas Sembar, Adipati Puger).

Karena kemudian Balumbungan (dan Puger) bersatu dan tidak mau mengakui pemerintahan baru yang dibentuk oleh Sang Muggwing Jinggan di Keling tahun 1478, maka Mas Sembar tampil menjadi raja pertama Kerajaan Balambangan merdeka.

Mas Sembar adalah putra dari Lembu Mirudha (Adipati Tepasana) putra Brawijaya alias Bhatara Hyang Wisesa Aji Wikramawardhana Dyah Gagak Sali, raja Majapahit ke-V (1389-1416).

Kemungkinan Mas Sembar sudah ditempatkan di Balumbung sejak sebelum tahun 1478 (menjelang terjadinya kudeta). Dalam Tepas Darah Dalem namanya disebut Adipati Suralegawa yang memiliki nama lain Raden Jaka Sujalma, sedangkan dalam Sorosilah Dalem disebut Dyah Suralegawa.

Setelah tahun 1478, dia menyatakan Kadipaten Balumbungan (dan Puger) merdeka. Jadi dia adalah adipati Balumbung ke-V (terakhir) dan sekaligus raja Balambangan ke-I (pertama).

SUMBER

Prasasti Jayanegara I, Nāgarakṛtāgama, Babad Sembar, Babad Dalem, Tedhak Dermayudhan, Suluk Balumbung, Babad Blambangan Winarsih, Sejarah Kerajaan Blambangan, dll.

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like